PENENTUAN KELAS KUAT KAYU LOKAL DI PULAU TIMOR SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI
Main Article Content
Abstract
Penggunaan kayu lokal sebagai bahan konstruksi di NTT umumnya dan Pulau Timor khususnya sering digunakan tidak hanya sebagai bangunan milik masyarakat tetapi juga pada bangunan negara atau proyek pemerintah. Jenis-jenis kayu lokal di Pulau Timor yang sering dipakai sebagai bahan konstruksi seperti Kayu Jambu Air, Kabesak, Johar, Mahoni, Ketapang Hutan, Jati Putih (Gamalina) dan beberapa jenis kayu lain yang banyak terdapat di Pulau Timor. Permasalahan yang sering timbul adalah klaim mutu kayu lokal yang tidak mudah dibuktikan oleh kontraktor karena sebagian besar kayu lokal belum masuk dalam daftar jenis mutu kayu dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 atau SNI Kayu Tahun 2002. Hal ini menyebabkan ketidakpastian hukum kontrak antara pengguna jasa (pemerintah) dan penyedia jasa (kontraktor) karena umumnya untuk konstruksi syarat kelas kuat kayu dan mutu kayu wajib dicantumkan. Disatu sisi pengguna jasa menginginkan kayu sebagai bahan konstruksinya harus dari kayu kelas II misalnya sedangkan disisi yang lain penyedia jasa atau kontraktor menggunakan kayu lokal yang menurutnya termasuk kayu kelas II, karena ketersediaan kayu kelas II di pasaran sulit diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa kuat tekan rata-rata kayu Gamalin adalah 30,39 Mpa, kayu Kabesak 34 Mpa, kayu Johar 62,18 Mpa, kayu Jambu Air 48,58 Mpa, kayu Ketapang Hutan 33, 07 Mpa, kayu Mahoni 30,49 Mpa. Kadar air kayu Gamalin adalah 18,30 %, kayu Kabesak 17,73 %, kayu Johar 18,83 %, kayu Jambu Air 19,90 %, kayu Ketapang Hutan 18,85 %, kayu Mahoni 18,73 %. Berat jenis kayu Gamalin adalah 0,54 kayu Kabesak 0,62, kayu Johar 0,85, kayu Jambu Air 0,67, kayu Ketapang Hutan 0,58, kayu Mahoni 0,54. Hasil ini menunjukkan bahwa kayu lokal Timor sangat kuat, mempunyai kadar air yang baik dan mempunyai berat jenis yang baik pula.